Selasa, 10 November 2015

Malaikatku yang Menuntun dengan Diam

Siang ini aku duduk disamping seseorang yang semakin menua sejak pertama kali aku melihatnya. Dia termenung dan bertanya padaku,”yakinkah kamu dengan pilihanmu?”. Dengan tegas aku menjawab “iya, tentu saja”.
Aku sadar saat itu dia tidak ingin melarang namun iya hanya sekedar meyakinkan. Tak banyak kata yang ia ucapkan atas apa yang terjadi padaku.
Karena dia adalah malaikatku yang menuntun dengan diam. Apapun yang aku lakukan jika sebuah kebenaran dia hanya akan melihat tanpa berkata.
Seandainya dia tak pernah ada, mungkin aku tak akan bisa berjalan jauh seperti saat ini. Mungkin jika tak ada dia langkah ini akan aku jalani seenaknya, mungkin jika tak ada dia aku hanya akan hidup dengan gayaku sndiri. Gaya yang banyak anak muda lakukan saat ini. Berpakaian rapi, mengucap kata-kata indah dari Tuhannya namun tak pernah ingin menjalani kewajibannya. Anak pesantren tapi senang berkelahi, anak beragama tapi doyan narkoba, bejilbab tapi tembus pandang dimana-mana, bejilbab tapi tak pernah shalat. Mungkin jika tak ada dia hal-hal seperti itu akan terjadi pada orang yang terus penasaran tentang hal-hal baru dan menyenangkan sepertiku.
Dia adalah sosok terkuat yang jarang terlihat, yang tak pernah menitihkan air matanya saat hal yg paling menyakitkan menimpa dirinya. Apapun itu dia akan melewati semuanya dengan pemikirannya yang tenang.
Namun semakin aku melihatnya saat ini, membuatku tersadar bahwa ia lah yang terlemah,Ayahku. Saat masalah datang bertubi dia menyelesaikannya tanpa merengek pada siapapun,tapi siapa yang akan sadar itu hanya akan tampak dari luar. Padahal hatinya menjerit, menangis dan bahkan hancur.
Aku sadar saat ia menyelesaikan tugasnya sebagai ayah saat kakak ku menikah. Dialah sosok yang paling bahagia, namun terkadang ia diam dalam sendirinya. Dengan berat hati ia melepas anak gadisnya bersama laki-laki lain. Banyak hal yang dia khawatirkan tapi kita sebagai seorang anak hanya akan tau bagaimana caranya untuk bahagia bukan apa yang orangtua lakukan agar anaknya bahagia.
Siang ini aku sadari semua hal yang telah ayah lakukan pada anak-anaknya. Aku tertegun saat ia berkata “nak, ayah takut jika jilbab ini menghalangimu, menghalangi rezekimu saat semua yang telah kamu korbankan, apakah kamu tidak takut nak?”. Aku hanya diam saat dia bertanya seperti itu. Lalu aku pun menjawab “ayah, rezeki itu sudah ada yang mengatur, Allah tidak akan keliru membagikan rezeki yang halal bagi hamba-hambanya yang patuh dijalanNya, hanya saja izinkan aku dengan jilbab ini membuat sebuah tempat di syurgaNya untuk ayah dan ibu nanti mungkin aku tidak bisa sepenuhnya membahagiakan kalian tapi izinkan anak mu ini meminta tempat yang paling indah pada Allah untuk kalian nanti”
Pelukan indah dari ayah mengakhiri kehawatirannya atas perubahan yang terjadi pada anak mungilnya.
By:liya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar